CERPEN
Rezeki Tidak Di Hitung Dengan Fikiran
Tetapi Dengan Ketidak Sengajaan
Namaku aisyah, aku hidup di keluarga perekonomian sulit dengan berpangku pada dokumen yang aku tempuh selama empat tahun lamanya, disana aku mulai mengalami depresi hidup yang tidak karuan sehingga aku berada di roda kehidupan paling bawah.
Sudah beberapa bulan aku menunggu panggilan kerja. Rasanya hariku pilu bingung tanpa arah. Kerjaanku hanya luntang-lantung di rumah. Aku bingung harus ngapain. Ingin usaha tapi tak punya modal. Suatu hari, kuniatkan untuk bertemu teman-temanku, sekedar berbagi tentang masalahku ini. Aku mempunyai banyak teman yang bisa memotivasi aku untuk meraih kehidupan layak kedepannya. Karena mereka adalah alumni dari universitas seperguranku yang hidupnya sekarang sudah mapan dan bergelimang dengan emas dan berlian, dengan menempuh jarak sepuluh kilometer dari rumahku tentu itu sangat melelahkan dan menguras banyak tenaga. Sehingga aku kepangkalan ojek di dekat rumahku untuk sampai ke rumah temenku itu.
“Pak, ojeknya pak” panggilku.
“Kemana neng?” tanya tukang ojek itu.
“Ke perumnas pak” sautku.
“oh, mari neng” jawab tukang ojek itu.
Meter demi meter jalan yang sudah akulalui, perasaan cemas dan jatuh bangun entah menuju arah yang mana, aku berharap temen aku itu tidak keluar kota, karena ponsel dia tidak aktif setelah aku hubungi beberapa saat lalu.
Setelah sampai di pertigaan menuju rumah temenku akupun turun dari kendaraan itu.
“Berapa pak ongkosnya?” tanyaku
“Dua puluh ribu neng” jawab tukang ojek
“Ini pak uangnya, terimakasih” sautku
“Iya, sama-sama neng” jawab tukang ojek
Saat jalan menuju rumah temanku, aku berjalan berkisar kurang lebih lima puluh meter dari pertigaan, aku hampiri rumah besar dengan desain ukiran-ukiran jawa itu. Dengan ketidak sengajaan mata, aku melihat sebuah dompet berwarna hitam. Kuhampiri dompet itu, kubuka, dan kulihat isinya. SIM A, beberapa surat- surat penting, tabungan yang isinya fantastis, dan sebuah kartu kredit, dan aku heran disitu tidak ada kartu pengenal (KTP). Dalam pikiranku muncul suara agar aku menggunakan isi dalam dompet itu, karena meskipun aku tidak mendengarkan motivasi temenku hendaknya aku sudah punya modal untuk berwirausaha.
Kata-kata lain muncul lain dibenakku untuk tidak menggunakan hak yang masih belum aku punya, inisiatifku berkata aku harus mengembalikan dompet ini pada pemiliknya.
Tersadarkan kembali hasratku untuk menceritakan masalah pada temanku dan tanpa berfikir, akupun mengucapkan salam dari luar gerbang.
“Assalamualikum” ucapku
“Waalaikumsalam, sebentar” teriak dari rumah itu
Rupanya ada sesosok wanita dengan ciri khas memakai pakaian adat jawa menghampiriku, dia adalah seorang pembantu di rumah temenku itu
“Cari siapa ya neng?” tanya pembantu itu
“Dewinya ada ya bu?” tanyaku kembali
“Ada neng” jawab pembantu itu
Selang berapa waktu kemudian dengan tidak sengaja aku mendengar suara ketidak nyamanan dari dalam rumah itu, serasa ada bertengkaran antara dewi dengan suaminya.
“Bu, itu ada apa ya kok ada ribut-ribut?” tanyaku kepada pembantu
“Itu neng, tadi ibu sempet dengar kalo dompetnya suami ibu dewi hilang” jawab pembantu itu.
“Oh gitu ya bu” sautku
Akupun kefikiran atas apa yang aku temukan dompet hitam di depan gerbang rumah dewi, fikiranku berkata, aku yakin dompet itu adalah milik suaminya temenku.
“Bu, aku boleh masuk gak?, soalnya aku tadi menemukan dompet didepan gerbang rumahnya dewi” ucapku kepada pembantu itu
“Oh iya monggo neng” jawab pemabantu itu
Akupun bergegas mengahmpiri pintu masuk kerumah dewi
“Assalamualaikum, dewi, ini aku aisyah” ucapku dari luar.
“Waalaikumsalam, eh kamu syah, apa kabar?, silahkan masuk” saut dewi
“Alhamdulillah aku baik dew” jawabku
“Kamu main kok tidak bilang-bilang dulu?” tanya dewi.
“Sebernya aku sudah menghubungi ponsel kamu tadi, tapi tidak aktiif, ya aku langsung kesini saja” jawabku
Selang waktu aku ingin menanyakan kepada dewi kenapa tadi ada suara pertengkaran dari luar rumah.
“Dew, aku mau nanyak nih, tadi aku sempet denger suara dari luar rumah seperti ada pertengkaran di rumah ini, itu kamu?” tanyaku kepada dewi.
“Iya syah, jadi gini, tadi sewaktu suamiku pulang dari luar negeri dia seperti orang yang frutastasi dan kebingungan dan aku tanyak sama dia, katanya dompetnya hilang, padahal di dalam dompet itu ada surat penting yang menyangkut pada perusahaan kita yang di rintis dari dulu” jawab dewi dengan wajah sedihnya
Hasratku berkata ingin bergegas untuk cepat-cepat memberitahukan bahwasanya tadi sewaktu di depan gerbang aku menemukan dompet hitam dan aku yakin itu punya suaminya dewi.
“Dew, apa dompetnya seperti ini?”ucapku kepada dewi
Dewipun gembira kegirangan karena perusahaannya tidak akan mengalami masalah kedepannya, karena dompet yang berisi berkas penting itu sudah di temukan, bergegas dia memanggil suaminya dengan berteriak.
“Mas mas, cepat kesini, dompetnya sudah aku temukan” ucap dewi dengan teriak.
“Iya syah ini dompet punya suamiku, kamu nemu dimana?” tanya dewi.
“Sebenarnya aku tadi sewaktu ada di depan gerbang rumah kamu, aku melihat dompet itu ada di bawah” jawabku dengan tenang
“Oh begitu, terimakasih banyak ya syah” ucap dewi.
“Iya sama-sama dew” jawabku dengan senyuman.
Selang berapa saat suami dewipun menghampiri kita di ruang tamu, dengan memakai jas warna hitam diapun gembira melihat dompetnya benar-benar di temukan.
“Alhamdulillah, akhirnya ketemu juga dompetku” ucap suami dewi.
“Makanya besok-besok jangan sampek ceroboh lagi, nanti fatal kibatnya” saut dewi dengan tegas.
“Iya aku janji, oh iya ini temen kamu?” tanya suami dewi.
“Iya ini temenku dulu, dia orangnya pintar, disiplin, rajin dan cepat tanggap” hujat dewi kepada suami.
“Oh, sekarang kerja apa?” tanya suami dewi kepadaku.
Dengan perasaan canggung dan malu karena aku sampai sekarang masih belum mempunyai pekerjaan yang layak, tetapi fikiranku bersuara kalau aku sekarang harus menceritakan masalahku dan mencari solusi keluarnya.
“Tujuan aku datang kesini untuk menemani dan membantu aku berfikir untuk masa depan kelak” ucapku kepada mereka.
“Emangnya kamu kenapa sekarang?, kamu masih belum bekerja?” tanya suami dewi.
“Aku sudah berbulan-bulan tidak bekerja karena masalah keluarga yang menimpaku sehingga sampai sekarang aku tidak bekerja” jawabku
Suami dewipun berdiam sejenak untuk memikirkan solusi dan jalan keluarnya, dengan perasaan ikhlas dan ingin membalas budi karena aku telah menemukan dompet yang berisi berkas penting didalamnya, suami dewipun berkata
“Gini syah, sekarang aku sama dewi membuka cabang baru yang letaknya tidak jauh dari kota, meskipun disana sudah ada managernya tetapi admin yang berkerja disana mengundurkan diri karena dia akan memulai bisnis sendiri di luar kota bersama kelurganya, sebenarnya aku tuh sudah mencari pengganti dia untuk menempati posisinya, tetapi kalau kamu berminat untuk menempatinya kamu bisa langsung bekerja besok tanpa persyaratan apapun, karena aku yakin kamu pasti menjalankan tanggung jawab kamu dengan baik” ucap suami dewi
Dengan perasaan bahagia, tujuan pertama aku mencari solusi malah di balas dengan saya langsung mendapat pekerjaan.
“Iya pak aku mau banget, terimakasih banyak, terimakasih sekali lagi” jawabku dengan perasaan bahagia.
“Iya sama-sama, berterimakasilah kepada tuhan, karena perantara ketidak sengajaan kamu menemukan dompet suamiku yang hilang, kamu di antar kesini demi masa depan kamu.
Seiring bulan sudah kulalui, hadir hari kebahagiaanku sekarang dengan memiliki semua apa yang aku pengenin dari dulu. Terimakasih tuhan engkau telah mengukir cerita suksesku dengan ketidak sengajaanku dulu menemukan dompet yang hilang.
Unsur Instrinsik:
Tema : Nilai moral
Tokoh : Aisyah, Dewi, Pembantu Dewi, Suami Dewi
Alur : Maju
Latar : Rumah dewi, sedih, bahagia
Gaya Bahasa : Lugas
Sudut Pandang : Orang pertama
Amanat : Kejujuran adalah sifat yang mulia dan akan mendapat balasan kebaikan baik dari orang sekitar maupun dari Tuhan.
Tokoh : Aisyah, Dewi, Pembantu Dewi, Suami Dewi
Alur : Maju
Latar : Rumah dewi, sedih, bahagia
Gaya Bahasa : Lugas
Sudut Pandang : Orang pertama
Amanat : Kejujuran adalah sifat yang mulia dan akan mendapat balasan kebaikan baik dari orang sekitar maupun dari Tuhan.
Bye: Abrori Saja
Email: ab.46.saja@gmail.com
0 Response to "Karya Ilmiah"
Posting Komentar